shoutmix

02 September 2012

Orang Sumeria di Jawa dan Tentang Atlantis di Nusantara


Mungkin ini bukan artikel online pertama yang membahas masalah ini, tapi setidaknya artikel ini dapat menambah diskusi-diskusi yang sudah ada mengenai topik yang cukup membuat penasaran berbagai kalangan akhir-akhir ini.Topik seperti ini pertama kali mendadak mencuat ketika Prof. Santos menuliskan dalam bukunya mengenai letak bangsa legendaris Atlantis yang menurutnya terletak di Indonesia (baca: Nusantara). 
Pertimbangannya adalah bangsa Atlantis adalah sebuah wilayah yang sepanjang tahun terkena sinar matahari. Selain itu bangsa Atlantis juga banyak mempunyai gunung berapi. Setelah itu, seiring dengan pro dan kontra, beberapa masih mencari bukti-bukti mengenai keberadaan Atlantis di Nusantara, hingga yang terbaru, Gunung Sadahurip di Jawa Barat diduga sebagai sebuah piramida layaknya piramida di Mesir.

Mengenai piramida di Indonesia, sebenarnya ada bangunan yang menyerupai piramida, yaitu Candi Sukuh di Jawa Tengah, yang berbentuk piramida tak sempurna, sepintas mirip bangunan peninggalan bangsa Maya di Meksiko. Tak seperti candi-candi lain khas Jawa yang umumnya meruncing. Di Candi Sukuh ini juga terdapat patung manusia bersayap, dimana kepercayaan Jawa mengenal Jatayu, manusia garuda. 
Kemudian bergeser ke Candi Cetho, dimana di bagian candi terdapat patung cukup besar, yang menurut kepercayaan yang telah beredar di masyarakat arca tersebut adalah patung Sabdopalon, abdi setia Majapahit yang moksa ketika Majapahit hancur.

Berbagai penelitian menemukan beberapa kejanggalan, yaitu mengenai pakaian, bentuk wajah, serta penutup kepala dan perhiasan yang dinilai banyak pihak tidak menggambarkan sosok seseorang dari Jawa. Penelitian lebih lanjut mengatakan bahwa patung tersebut lebih dekat pada bangsa Sumeria daripada suku Jawa.
Sementara di Candi Sukuh, terdapat patung yang sekilas mirip Jatayu, sosok dalam legenda Jawa yang digambarkan sebagai manusia garuda. Perdebatan kembali muncul dengan perbedaan-perbedaan dalam pakaian dan tutup kepala. Ternyata banyak yang menilai bahwa sosok tersebut lebih dekat pada Annunaki atau Pazuzu daripada sosok Jatayu.

Tentunya hal ini akan menimbulkan pro dan kontra karena tidak ada literasi yang membuktikan dugaan-dugaan tersebut. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa sendiri, suku Jawa adalah berasal dari keturunan Nabi Adam AS melalui putranya Nabi Sis AS yang kemudian menurunkan Raja-raja Jawa. Bahkan sebenarnya suku Jawa sendiri merupakan sebuah koloni layaknya Bani Israel, dimana di dalamnya terdapat duabelas suku. Di dalam Bani Jawi terdapat suku-suku yang saat ini mendiami Nusantara. Suku Jawa sebagai suku terbesar, kemudian ada Suku Sunda, Suku Batak, dll. 
Akan tetapi, ketika dugaan bahwa (sebenarnya) masyarakat Nusantara adalah warga Atlantis, ada hal yang patut dipertimbangkan, yaitu mengenai kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia (terutama di Jawa) adalah turunan dari India, terutama kebudayaan Hindu Budha, termasuk aksara Jawa dan berbagai aksara yang tersebar di Nusantara, dimana merupakan turunan dari aksara Dewanagari dari India selatan. Apakah mungkin pencipta aksara Dewanagari merupakan warga yang selamat dari banjir besar jaman Nabi Nuh AS?
Akan tetapi jika dihubungkan (jawa: othak athik gathuk), banyak persamaan sisi spiritual antara bangsa di Nusantara dengan beberapa bangsa di luar, seperti Mesir atau bahkan Maya. Bangunan-bangunan mereka adalah bangunan yang didesain untuk dapat menyerap energi alam. Bangunan yang meruncing seperti stupa, mustaka, piramid, bahkan obelisk. Mereka juga mempunyai sistem perhitungan astronomi yang canggih yang masih sulit dipecahkan oleh ahli-ahli modern. 
Sebagai contoh sistem penanggalan suku Maya yang berakhir tahun 2012 ini. Atau sistem kalender Jawa yang sangat rumit.Tentunya hal ini menjadi misteri yang harus dipecahkan, meskipun membutuhkan banyak hal untung mendukung terlaksananya penelitian tentang hal ini. Karena perdebatan yang tak kunjung usai akan menimbulkan masalah baru di kemudian hari.

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger