Peristiwa yang paling menyakitkan bagi umat Islam di seluruh dunia, yaitu runtuhnya Khilafah, tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret 1924. Telah banyak upaya yang dilakukan umat Islam, untuk memunculkan kembali khilafah Islamiyah. Sayangnya, usaha itu sepertinya selalu gagal di tengah jalan.
Apa sebabnya? Dan mungkinkah Khilafah Islamiyah, akan muncul kembali?
Sebagai kaum beriman, umat Islam wajib untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam QS Yusuf ayat 87,
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.”
Cita-cita akan kebangkitan khilafah Islamiyah hendaknya juga dibarengi kemauan dan usaha yang sungguh-sungguh. Tidak mungkin memunculkan kembali kejayaan Islam yang penuh damai dan menjadi rahmat atas sekalian alam tanpa perjuangan dan semangat membara.
Sebagaimana firman Allah, di dalam QS. Al Anbiya ayat 107,
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
Kejayaan Umat Muslim
Keyakinan atas kembalinya kejayaan Islam, bukan tanpa alasan. Bukankah Allah SWT sudah berjanji akan menjadikan kaum beriman sebagai pewaris di bumi, seperti yang tersurat dalam QS. Al Anbiya ayat 105 :
“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) dalam Az Zikr (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.”
Selain itu, juga tergambar di dalam beberapa hadits Rasulullah SAW semuanya mengilustrasikan tentang kejayaan kaum muslimin, di antaranya sebagai berikut.
Sabda Nabi Muhammad SAW,
“Sesungguhnya Allah telah melipatkan bumi ini bagiku, lalu aku dapat melihat yang paling timur dan barat. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan sampai kepada apa yang telah dilipatkan untukku itu.” (HR. Muslim 8/171, Abu Dawud 4252, Tirmidzi 2/27, Ibnu Majah 2952, Ahmad 5/278 dan 284 dari Hadits Tsauban dan Syadad bin Aus)
“Sesungguhnya Allah telah melipatkan bumi ini bagiku, lalu aku dapat melihat yang paling timur dan barat. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan sampai kepada apa yang telah dilipatkan untukku itu.” (HR. Muslim 8/171, Abu Dawud 4252, Tirmidzi 2/27, Ibnu Majah 2952, Ahmad 5/278 dan 284 dari Hadits Tsauban dan Syadad bin Aus)
Hadist lainnya,
“Sungguh perkara Islam ini akan sampai ke bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah tidak akan melewatkan seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan Ad-Din ini ke daerah itu, dengan memuliakan yang mulia dan menghinakan yang hina, yakni memuliakannya dengan Islam dan merendahkannya dengan kekufuran.” (HR. Imam Ibnu Hibban dalam Kitab Shahihnya, Imam Abu ‘Arubah di dalam Kitab Al Muntaqa minath Thabaqat, Hadits ini juga diriwayatkan para ulama Ahlu Hadits yang terkenal. Kedudukan Hadits tersebut berderajat shahih).
“Sungguh perkara Islam ini akan sampai ke bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah tidak akan melewatkan seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan Ad-Din ini ke daerah itu, dengan memuliakan yang mulia dan menghinakan yang hina, yakni memuliakannya dengan Islam dan merendahkannya dengan kekufuran.” (HR. Imam Ibnu Hibban dalam Kitab Shahihnya, Imam Abu ‘Arubah di dalam Kitab Al Muntaqa minath Thabaqat, Hadits ini juga diriwayatkan para ulama Ahlu Hadits yang terkenal. Kedudukan Hadits tersebut berderajat shahih).
Khilafah Islamiyah bukanlah hal yang tabu dan aneh bagi masyarakat dunia. Bukankah saat ini, umat Katolik memiliki jaringan yang mengglobal dengan sistem kepausannya?
Mengapa umat Islam harus ragu dengan sistem khilafahnya? Bukankah kaum muslimin pada setiap tahunnya, melaksanakan wukuf di Arafah? Bukankah itu merupakan bukti lambang persatuan umat Islam sedunia? Pertanyaan-pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh lintasan waktu.
0 komentar:
Posting Komentar