Sekapur Sirih
Homoseksualitas dan hak-hak kaum homoseksual merupakan isu yang hangat di masyarakat kita saat ini. ‘Terobosan’ ilmiah yang membuktikan bahwa homoseksualitas itu ditentukan oleh genetik akan sungguh mengubah masyarakat kita. Apabila ilmu pengetahuan mampu “membuktikan” bahwa orientasi seksual disebabkan oleh genetika, diskriminasi terhadap kaum homoseksual harus dianggap tidak adil. Di sisi lain, jika orientasi seksual dapat diketahui dari fetus, orang tua di masa depan bisa memilih untuk memasukkan gen heteroseksual dalam diri anaknya atau mengaborsinya. Meskipun skenario ini tidak mungkin terwujud segera, hal semacam ini bukan berarti tidak mungkin terjadi di masa depan – apalagi jika gen homoseksualitas benar-benar ditemukan.
Selama bertahun-tahun (dari 1991 hingga sekarang) kisah “gen gay” merupakan salah satu hal yang menunjukkan bahwa percobaan dan simpulan ilmiah membentuk diri mereka ke dalam kekuatan media yang tampaknya punya caranya sendiri. Artikel ini akan mencoba menjelajahi pertentangan media dan sains secara krolonogis, serta membincangkan bangkit dan jatuhnya gagasan ‘gen gay’ dan perasaan kuat yang mengelilinginya.
Penemuan Awal
Gen gay mulai ditemukan pada tahun 1991 ketika Simon LeVay dari Salk Institute for Biological Studies di San Diego menemukan perbedaan tajam antara otak post-mortem (sesudah kematian) anak muda heteroseksual dan homoseksual. (Kebanyakan anak homoseksual itu meninggal karena AIDS.) Ukuran sekelompok neuron (yang dikenal dengan nama INAH 3 di hipotalamus) dalam laki-laki homoseksual menyusut, yang mirip dengan menyusutnya kelompok neuron yang sama dalam perempuan.Wilayah hipotalamus ini diduga mengatur perilaku seksual laki-laki. (LeVay, 1991). LeVay punya alasan pribadi untuk meneliti bidang ini. Ia sendiri adalah seorang homoseksual yang kehilangan pasangannya yang berumur 21 tahun akibat AIDS. Seperti yang dilaporkan oleh Newsweek tahun 1992, Levay mengatakan “. . . jika aku tidak menemui apapun, aku akan mengakhiri karier ilmiahku” (Gelman et al., 1992). Dapat pula dikatakan bahwa ia tidak bekerja tanpa perasaan terhadap lingkup proyeknya: “Adalah sesuatu yang penting untuk mendidik masyarakat. Saya rasa isu ini akan memengaruhi perilaku religius dan legal.” Perihal apakah kepentingan pribadinya memengaruhi praktik ilmiahnya atau tidak itu masih belum dipastikan.
Hamer, et al.
Paper yang melaporkan ‘gen gay’ yang paling penting dibuat oleh Hamer et al., sekelompok genetikawan dari Institut Kanker Nasional (NCI). Dr. Dean Hamer dan koleganya pada tahun 1993 melaporkan bahwa, dengan menggunakan asam deoksiribonukleat (DNA) dari kakak beradik homoseksual dan keturunan mereka, gen homoseksualitas tampak terkait secara keibuan dan ditemukan di rentang Xq28 dalam kromosom X. Ia memilih 40 pasang kakak beradik homoseksual dan menemukan bahwa 33 di antaranya punya lima tanda yang sama dalam kromosom X. Pada 19 Juli 1993, Hamer melaporkan bahwa keterkaitan ini merupakan “kepastian 99,5% bahwa ada gen di wilayah kromosom X tersebut yang membuat seseorang menjadi homoseksual” (Hamer et al., 1993). Meskpun punya statistik, Hamer mencoba menempatkan penemuannya dalam konteks dan mengualifikasikan pernyataannya dengan istilah seperti “mengusulkan” atau “tampak menunjukkan.” Ia melaporkan bahwa terdapat “kemungkinan sekitar beberapa ratus gen di daerah tersebut” dan sebagian besar dari gen itu belum dikenali. Meskipun ragu, media segera menonjolkan bahwa hasil penelitiannya, tentu saja, menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan segera menemukan gen homoseksualitas.
"Gen gay" di kromosom X. Gambar oleh NCBI.
Tanggapan Media
Sebelum artikel ini dicetak, media hanya melaporkan sedikit kisah mengenai ilmuwan yang “berburu gen gay”. Meskipun Newsweek sudah meliput tajuk pencarian gen gay, artikel tersebut hanyalah spekulasi dengan menggunakan data kecil LeVay. Segera setelah artikel Hamer diterbitkan, tajuk ini laris. USA Today adalah koran pertama yang melaporkan penemuan tersebut. Kim Painter memulai artikelnya, “Kecenderungan homoseksualitas tampaknya termuat dalam gen beberapa orang. Dan mereka mendapatkan gen tersebut dari ibu mereka,” dan lalu melanjutkan, “Kemungkinan memperoleh penemuan seperti kami secara kebetulan itu sangat tidak mungkin – di bawah 1% menurut pengarang Dean Hamer” (Painter, 1993). Meskipun ini tidak sepenuhnya benar, artikel tersebut tidak pernah menyebutkan pertanyaan yang diajukan Hamer atau masalah yang mereka sendiri pertanyakan dalam penelitian mereka. Surat kabar lain mengikuti dan simpulan yang didapat dari satu percobaan ini dianggap sebagai fakta ilmiah.
Artikel lain diterbitkan oleh majalah Time, yang melaporkan bahwa penelitian terhadap pohon keluarga dan DNA menyalahkan genetik sebagai penyebab homoseksualitas. Mereka yang terkait dengan penelitian tersebut dikutip secara langsung dalam artikel, yang sangat mendalam, terutama mengenai masa depan saat orientasi seksual dapat diketahui sebelum kelahiran. Dr. Hamer mengatakan, “Penemuan ini sejauh ini merupakan bukti terkuat yang mendukung gagasan bahwa orientasi seksual disebabkan oleh genetik. Kita telah mengenali bagian genom yang berkaitan dengannya” (Henry, 1993). Pernyataan ini sejauh ini merupakan klaim paling langsung yang dibuat ilmuwan berkaitan dengan subjek ini. Dr. LeVay juga dikutip mengatakan bahwa “bukti DNA [dari Dr. Hamer] lebih kuat daripada penelitian kembar [sebelumnya]” (Henry, 1993). Namun, gaya penulisan artikel ini segera berubah.
Berikut juga adalah pengenalan dua pihak yang berlawanan dalam isu homoseksual: kelompok konservatif yang menentang homoseksualitas melawan kelompok yang mendukung hak-hak kaum homoseksual. Di majalah Time, beberapa aktivis anti-gay menyamakan ‘gen homoseksualitas’ dengan gen lain yang di mata masyarakat kurang baik, seperti “penyakit fisik dan kejiwaan.” Selain itu, Reed Irvine dari kelompok pengawas Accuracy in Media menyatakan, “[Homoseksualitas] itu lebih rumit dari sekadar faktor pewarisan. Media tidak memperhatikan bahwa banyak sekali homoseksual yang menjadi normal. Saya rasa ini hanya memberikan pesan yang salah kepada kaum gay, yaitu bahwa Anda tidak bisa mengubah sesuatu karena telah ditentukan oleh gen” (Henry, 1993). Organisasi pendukung gay memiliki dua pandangan: di satu sisi, dengan mengetahui bahwa orientasi seksual itu telah ditentukan, mereka tidak disalahkan – oleh masyarakat, orang tua mereka, atau diri mereka sendiri – namun di sisi lain homoseksualitas dapat dianggap sebagai “penyakit” genetik. Akibatnya mereka bisa semakin dikucilkan.
Masalah Muncul dan Kebingungan Tetap Ada
Tahun 1995 merupakan permulaan berakhirnya kepercayaan terhadap gagasan bahwa kromosom Xq28 merupakan penyebab homoseksualitas pria. Pada tahun tersebut Scientific American menerbitkan artikel yang menyebutkan keraguan komunitas ilmiah terhadap genetika homoseksualitas. Artikel tersebut melaporkan bahwa hasil penelitian LeVay “perlu diuji ulang oleh peneliti lain” (Horgan, 1995). Selain itu, satu penelitian bertentangan dengan hasil percobaan Hamer dan Scientific American melaporkan bahwa penelitiannya didakwa tidak layak dan berada di bawah pemeriksaan Federal Office of Research Integrity. Ini disebabkan karena Hamer mengeluarkan “sepasang kakak beradik yang genetiknya bertentangan dengan penemuannya” (Horgan, 1995). Berita ini muncul pada bulan November, yang pada dasarnya mengakibatkan artikel yang ditulis kedua peneliti pada tahun 1994 ditarik. Sayangnya, akan ada lebih banyak berita buruk bagi kedua peneliti ini.
Science juga melaporkan bahwa penelitian yang dilakukan Hamer dipertanyakan. Penelitian oleh George Ebers dan George Rice pada tahun 1995 menunjukkan bahwa “tidak ada alasan untuk memusatkan penelitian pautan terhadap kromosom X” dan “tidak ada bukti bahwa homoseksualitas diwariskan dari ibu ke anak” (Marshall, 1995). Meskipun keduanya setuju bahwa ada kemungkinan homoseksualitas dapat diwariskan, mereka tidak menemukan bukti yang jelas untuk mendukung klaim Hamer.
Akhirnya, pada tahun 1999, George Rice dan George Ebers menerbitkan data mereka. Dalam Science edisi April, kedua ilmuwan menunjukkan hasil yang “tidak mendukung gagasan bahwa gen terkait-X mengakibatkan homoseksualitas pria” (Rice et al., 1999 and Wickelgren, 1999). Mereka menemukan bahwa kakak-beradik gay yang diteliti oleh kelompok Hamer itu tidak mungkin sama-sama memiliki rentang Xq28. Secara resmi lonceng kematian untuk keyakinan yang dipegang Hamer et al. dan mereka yang mencari gen homoseksualitas di rentang tersebut, telah berdentang.
Tatkala artikel Science yang di tahun 1993 ditulis, artikel “Berita Penelitian” yang mendahuluinya yang ditulis oleh Robert Pool di majalah yang sama melaporkan hasil penelitian Hamer. Dalam artikel tersebut, Pool menulis, “Bidang genetika perilaku dikotori oleh penemuan yang nantinya dipertanyakan atau dicabut” (Pool, 1993). Pernyataan yang sungguh meramalkan.
Saat ini, berita tentang “gen gay” tak lagi menyebabkan keriuhan seperti pada tahun 1992 dan 1993. Jeffrey Satinover, M.D. menyediakan situs bagus yang membicangkan masalah penerbitan yang terburu-buru dan penyederhanaan berlebih terkait dengan gen gay. Selain itu, Online Mendelian Inheritance in Man (OMIM) juga punya ringkasan mengenai penelitian gen gay yang bagus. Lebih dari itu, perbincangan mengenai gen gay, terutama di rentang Xq28, telah sirna. Ini bukan berarti bahwa perbincangan tidak akan dilanjutkan di masa depan, tetapi tidak ada perkembangan yang berarti hingga kini. Sayangnya, meskipun penelitian gen homoseksual dibesarkan oleh media, wilayah pada kromosom X tidak menghasilkan protein fungsional yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
Simpulan
Pastinya, genetika homoseksualitas tidak sesederhana yang diduga beberapa media. Tentu saja, baru ada sedikit perkembangan semenjak penemuan tersebut. Dari hasil penelitian ini, ada satu menarik yang dapat dilihat perihal hubungan sains dengan media. Media tampak menghujani keraguannya terhadap interpretasi hasil ilmiah sementara ilmu pengetahuan, bahkan dengan praktik yang dipertanyakan beberapa orang di dalamnya, membenahi dirinya sendiri dengan meragukan hasil mereka sendiri. Proses ilmiah harus bisa direka ulang, sehingga klaim yang belum bisa dibuktikan kebenarannya akan gugur, sementara gagasan yang kuat akan bertahan dalam ujian waktu.
Sumber: http://tumblr.com/xwm3hl4nps
0 komentar:
Posting Komentar